Oleh : Kurniawan Hendra Purnama


Pendidikan merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan di dalam suatu Negara atau bangsa. Pendidikan dalam suatu Negara diharapkan dapat menghasilkan manusia yang dapat melanjutkan dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang dapat mengembangkan negara tersebut di mata dunia. Jika pendidikan di suatu negara tidak baik, maka tidak akan terbentuk SDM yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Sehingga dengan SDM yang berkualitas tersebut maka akan telaksana pembangunan yang akan menuju ke arah yang lebih baik lagi. Jadi jika kita melihat banyak orang yang menggembor-gemborkan masalah pendidikan, itu merupakan hal yang wajar. Mereka, terutama orang tua, menginginkan anak-anaknya, yang merupakan generasi penerusnya, meraih masa depan yang indah nan cemerlang. Namun hal ini telah ternodai. Mengapa? Karena sekolah-sekolah di Indonesia saat ini telah tidak berdaya lagi dalam menghasilkan manusia yang tangguh dalam mengahadapi berbagai tantangan global baik berupa moral maupun intelektual. Hal ini terbukti dengan maraknya praktik-praktik kecurangan dan pembodohan di dalam dunia pendidikan. Entah itu berupa pemalsuan data, penyogokan, sontek-menyontek bahkan sampai kepada penyebaran kunci jawaban Ujian Nasional. Hal ini sungguh sangat disayangkan. Mengingat seorang pemuda, generasi muda, yang merupakan the agent of change (agen perubahan) pada suatu bangsa. Dan dari hal tersebut bisa kita dikatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangatlah buruk. Sehingga hal ini menimbulkan kesan bahwa generasi penerus bangsa tidak akan mampu bersaing dalam dunia global.

Jika hal ini terus berkelanjutan maka selamanya Indonesia tidak akan terlepas dari yang namanya penjajahan. Penjajahan imperialisme modern yang kebanyakan dari kita tidak menyadari akan hal itu. Yaitu menjadi budak di negeri sendiri. Maka dari itu agar hal tesebut tidak terjadi maka perlulah adanya suatu peningkatan dalam dunia pendidikan. Lantas peningkatan apa sajakah yang perlu dilakukan?

Pertama mengubah mekanisme belajar. Mekanisme belajar mengajar di Indonesia terlalu didominasi dengan tuntutan untuk menghafal dan mengusai pelajaran sebanyak mungkin guna menghadapi tes atau ujian di mana dalam kesempatan tersebut siswa harus mengelurkan apa yang telah dihafalnya. Hal tersebut tidaklah relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan dalam dunia global dan terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual individu saja.

Kedua gaya belajar guru harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Proses masuknya pengetahuan ke dalam otak siswa akan efektif jika melalui gaya belajar siswa sendiri. Amun pada kenyataannya, dalam pembelajaran siswa di kelas justru siswa yang harus bersusah payah menyesuaikan diri dengan gaya mengajr guru. Akubatnya siswa cenderung tertekan, kurang enjoy dalam belajar, dan belajar pada kondisi yang tidak menyenangkan alias menegangkan.

Ketiga menjadikan peserta didik sebagai subjek. Realita dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah menjadikan peserta didik sebagai objek atau klien. Guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator. Materi bersifat subject oriented. Sementara manajemen bersifat sentralistis. Akibatnya, pendidikan mengisolir diri dari kehidupan riil di luar sekolah.

Keempat pendidik perlu inovasi pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar proses pembelajaran tidak menjemukan. Kehadiran pendidik diharapkan memberi motivasi, inspirasi, dan keteladanan bagi peserta didiknya.

Kelima pendidikan ditingkatkan pada eksplorasi cipta, rasa, dan karsa yang berorientasi pada pendidikan sebagai fundasi manusia bermartabat dan berbudi luhur. Hal ini perlu dilakukan mengingat pemerintah menjadikan UNAS sebagai satu-satunya tolok ukur kelulusan yang didesain akan bermuara pada naiknya mutu pendidikan Indonesia. Namun realita bahwa UNAS baru mencakup evaluasi kognitif tidak bisa dipungkiri. Dan Unas juga kurang memicu budaya belajar (cultural of learning) yang berakar dan berbuah pada kebiasaan tidak sekadar tahu, tetapi bisa mempertanggungjawabkan bagaimana caranya tahu (learn how to know). Hal ini terlihat dari bermunculannya cara-cara praktis untuk mengerjakan soal secara cepat, menghafal model soal, drill soal, aneka try out, dan trik menjawab soal piliean ganda.

Keenam meningkatkan fasilitas dan merealisasikan kompensasi bagi pendidikan. Hal ini dilakukan karena tidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas yang memadai.

Posted by d'ParNozt Labels:

0 comments:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum