Tak lama setelah UU BHP diluncurkan, mahasiswa di seluruh penjuru negeri ini menggelar aksi yang katanya mau “membela kebenaran dan keadilan”. (Wuihh... kayak ksatria baja hitam aja..) Atau ada yang bilang “biar mereka (pemerintah) tau kalo kita ni masih ada”, maksudnya biar kita ni dilihat orang gitu.. (kok jadi pamer ya..).

Entah apa niat mereka, mungkin awalnya mereka berniat baik. (tapi cuma mungkin lho! inget). Katanya biar kampus gak jadi tempat komersialisasi pendidikan atau biar gak temen-teman kita yang sebenarnya pintar jadi gak bisa sekolah alias sekolah gak hanya untuk orang berduit aja. Yah..memang hampir seluruh demonstran gak yang sekarang ataupun yang dulu “katanya” mereka berniat baik, yaitu mengingkari kemungkaran, membela rakyat kecil, menasihati pemerintah agar berlaku adil, dan lain-lain. Tapi benarkah itu terjadi??

Memang belakangan ini demonstrasi sudah bisa dikatakan sangat lumrah di negara kita. Banyak orang mengatakan bahwa ”demonstrasi” adalah bagian dari amar makruf nahi munkar, sehingga seolah-olah menjadi hal yang harus dilakukan. Namun apakah benar demonstrasi yang dinamakan oleh pemujanya sebagai metode amar ma’ruf nahi munkar ataukah sesuatu yang harus diluruskan? Dan ketahuilah, tidaklah nama yang indah itu akan merubah hakikat sesuatu yang buruk, walau dibumbui dengan label bagus
Apakah seseorang dapat menerima saranmu dengan baik jika engkau jelek-jelekkan serta kau umbar aibnya di depan umum? Bagaimana jika kejengkelan hatinya telah mendahului nasihatmu? Memang saling menasihati itu merupakan keharusan bagi kita. Namun tidaklah nasihat tersebut disampaikan kecuali dengan cara yang baik, tidak dengan membuka aib penguasa. Melecehkan kehormatan seorang muslim adalah haram, sedangkan dalam demonstrasi ini tidak jarang akan engkau temukan berbagai macam pelecehan kehormatan seorang muslim dengan mencelanya.

Apalagi yang akhir-akhir ini terjadi, semakin gencar, agresif, dan anarki-nya demo yang dilancarkan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia berkaitan dengan UU BHP. Hal ini sangat disayangkan tentunya. Mengingat generasi muda merupakan “agent of change”, kok malah gampang sekali terbawa arus. Tidak memiliki pendirian, prinsip, dan terlihat hanya ikut-ikutan saja.

Tidakkah mereka berpikir, berapa banyak kerugian yang akan diderita baik bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Kemacetan, kerusakkan fasilitas-fasilitas umum (yang mungkin juga dibangun dengan uang pajak dari rakyat juga -sama aja tu ambil uang rakyat bukan?-), pertumpahan darah, kemacetan, kerusakkan lingkungan (baik dari lempar batu sampai bakar-bakaran ban -yang asapnya baunya gak karuan-). Tentunya hal ini membuat masyarakat memandang bahwa mahasiswa sekarang hanya menggunakan emosi dan ototnya aja. Tidak lagi menggunakan akalnya lagi dalam bertindak. (jangan gunain akal cuma tuk ngakalin orang aja donk).

Kalau kita perhatikan dengan seksama tentunya dapat kita peroleh kesimpulan bahwasanya pemberontakan atau usaha untuk menurunkan penguasa yang sah tidaklah menghasilkan kecuali kekacauan, kerusuhan, pertumpahan darah serta hari-hari yang dicekam oleh ketakutan. Oleh karena itu, benarlah petunjuk agama ini yang melarang pemberontakan karena ini hanya akan menimbulkan bahaya yang lebih besar.
Posted by d'ParNozt
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum