Kapasitas pembangkit yang sekarang terpasang dan melayani kebutuhan energi listrik tampak semakin didekati oleh kebutuhan beban, yang diwakili oleh kondisi beban puncak yang harus dilayani. Saat ini kapasitas pembangkit PLN yang tersedia di sistem Jawa-Bali memiliki reserve margin 25%-26% dari kebutuhan energi litsrik saat beban puncak. Padahal secara teori, saat beban puncak minimal kapasitas pembangkit yang tersedia adalah 30%.
Sementara itu rasio elektrifikasi Indonesia sebesar 64,34% berarti bisa diperkirakan baru sekitar 140 juta penduduk Indonesia dari 220 juta penduduk Indonesia yang sudah menikmati listrik. Sementara jika dilihat dari jumlah pelanggan rumah tangga PLN, baru sekitar 35 juta yang sudah menikmati listrik dari total sekitar 55 juta jumlah pelanggan rumah tangga di Indonesia.
Salah satu cara untuk mengatasi krisis listrik serta dapat meningkatkan rasio elektrifikasi adalah dengan menerapkan sistem interkoneksi. Sistem ini pada umumnya dibangun untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik pada suatu wilayah dengan mengintegrasikan beberapa sistem pembangkit pada lokasi yang berbeda-beda dengan suatu sistem transmisi. Selanjutnya dari sistem transmisi dapat didistribusikan ke beban atau pelanggan listrik. Sistem interkoneksi bisa diperluas antarnegara, seperti telah diterapkan beberapa negara ASEAN, yaitu Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Sistem interkoneksi ini memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah dapat dilakukan pertukaran daya pada saat beban puncak karena adanya perbedaan pola beban di setiap negara dan waktu kejadian beban puncaknya. Tentunya hal ini akan menjadikan krisis energi yang terjadi di Indonesia terutama saat beban puncak dapat teratasi. Dan setidaknya dapat memberikan kontribusi positif pada perkembangan sistem ketenagalistrikan di Indonesia yaitu dengan meringankan beban pemerintah dalam subsidi listrik yang notabene sangat dibutuhkan terutama saat beban puncak 17.00-22.00 WIB.
Sementara itu rasio elektrifikasi Indonesia sebesar 64,34% berarti bisa diperkirakan baru sekitar 140 juta penduduk Indonesia dari 220 juta penduduk Indonesia yang sudah menikmati listrik. Sementara jika dilihat dari jumlah pelanggan rumah tangga PLN, baru sekitar 35 juta yang sudah menikmati listrik dari total sekitar 55 juta jumlah pelanggan rumah tangga di Indonesia.
Salah satu cara untuk mengatasi krisis listrik serta dapat meningkatkan rasio elektrifikasi adalah dengan menerapkan sistem interkoneksi. Sistem ini pada umumnya dibangun untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik pada suatu wilayah dengan mengintegrasikan beberapa sistem pembangkit pada lokasi yang berbeda-beda dengan suatu sistem transmisi. Selanjutnya dari sistem transmisi dapat didistribusikan ke beban atau pelanggan listrik. Sistem interkoneksi bisa diperluas antarnegara, seperti telah diterapkan beberapa negara ASEAN, yaitu Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Sistem interkoneksi ini memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah dapat dilakukan pertukaran daya pada saat beban puncak karena adanya perbedaan pola beban di setiap negara dan waktu kejadian beban puncaknya. Tentunya hal ini akan menjadikan krisis energi yang terjadi di Indonesia terutama saat beban puncak dapat teratasi. Dan setidaknya dapat memberikan kontribusi positif pada perkembangan sistem ketenagalistrikan di Indonesia yaitu dengan meringankan beban pemerintah dalam subsidi listrik yang notabene sangat dibutuhkan terutama saat beban puncak 17.00-22.00 WIB.
Posted by
d'ParNozt
1 comments:
kelihatannya bagus juga, interkoneksi ini, PLN harus mempelajari ini, sudahkah?
Post a Comment