Wednesday, October 6, 2010
at
12:06 PM
|
Listrik saat ini menjadi hal yang seolah tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sehingga terkadang keberadaan listrik seringkali tidak disadari dan selalu dianggap remeh bagi orang tertentu. Sehingga pemadaman bergilir kini bukan sekedar wacana. Kenyataan yang ada kapasitas pembangkit yang dimiliki PLN sering tak mampu memenuhi jumlah konsumsi pelanggan terutama pada jam 17.00 – 22.00.
Memang banyak permasalahan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik terutama besarnya biaya penyediaan energi listrik. Hal ini diakibatkan oleh besarnya ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) bahkan dengan naiknya harga BBM tersebut tentu akan semakin memberatkan pihak PLN untuk menyediakan energi listrik tersebut. Berbagai cara ditempuh untuk menekan kerugian itu di masa mendatang, seperti misalnya menekan porsi BBM dalam bauran energi primer pembangkit dan menyerukan gerakan hemat energi.
Gerakan hemat energi yang selama ini digembor-gemborkan ternyata belum ada kabar menggembirakan terutama oleh pelanggan rumah tangga. Hal ini sepertinya membuktikan analisa berbagai pakar yang menyebut penggunaan energi listrik di Indonesia lebih bersifat konsumtif daripada untuk hal produktif. Dan tentu saja program gerakan hemat energi serta tips-tips yang diberikan tidak akan bermanfaat jika tidak adanya kesadaran dari konsumen terhadap energi. Sehingga salah satu cara untuk membuat gerakan hemat energi menjadi lebih efektif adalah dengan mengganti peralatan elektronik yang boros energi menjadi yang hemat energi. Salah satunya adalah mengganti lampu pijar atau lampu-lampu lain yang notabene lebih boros dengan lampu hemat energi (LHE).
Lampu hemat energi dapat lebih hemat 80% konsumsi energi listrik dibandingkan dengan lampu biasa yang memiliki kadar terang yang sama. Penghematan sebayak 80% tentu akan sangat signifikan apalagi jika seluruh masyarakat Indonesia melaksanakan program ini. Dengan demikian diharapkan dengan adanya penghematan dari sisi ini akan mengurangi beban puncak PLN yaitu pada pukul 17.00-22.00 WIB, yang mana dalam kondisi ini pembangkit listrik boros BBM yang notabene paling mahal biaya produksinya akan dapat dikurangi. Sehingga ketergantungan terhadap pembangkit listrik boros BBM akan dapat dikurangi sekaligus beban pemerintah untuk menanggung subsidi akan berkurang dan akan lebih bermanfaat jika diberikan kepada rakyat pra-sejahtera.
Memang banyak permasalahan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik terutama besarnya biaya penyediaan energi listrik. Hal ini diakibatkan oleh besarnya ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) bahkan dengan naiknya harga BBM tersebut tentu akan semakin memberatkan pihak PLN untuk menyediakan energi listrik tersebut. Berbagai cara ditempuh untuk menekan kerugian itu di masa mendatang, seperti misalnya menekan porsi BBM dalam bauran energi primer pembangkit dan menyerukan gerakan hemat energi.
Gerakan hemat energi yang selama ini digembor-gemborkan ternyata belum ada kabar menggembirakan terutama oleh pelanggan rumah tangga. Hal ini sepertinya membuktikan analisa berbagai pakar yang menyebut penggunaan energi listrik di Indonesia lebih bersifat konsumtif daripada untuk hal produktif. Dan tentu saja program gerakan hemat energi serta tips-tips yang diberikan tidak akan bermanfaat jika tidak adanya kesadaran dari konsumen terhadap energi. Sehingga salah satu cara untuk membuat gerakan hemat energi menjadi lebih efektif adalah dengan mengganti peralatan elektronik yang boros energi menjadi yang hemat energi. Salah satunya adalah mengganti lampu pijar atau lampu-lampu lain yang notabene lebih boros dengan lampu hemat energi (LHE).
Lampu hemat energi dapat lebih hemat 80% konsumsi energi listrik dibandingkan dengan lampu biasa yang memiliki kadar terang yang sama. Penghematan sebayak 80% tentu akan sangat signifikan apalagi jika seluruh masyarakat Indonesia melaksanakan program ini. Dengan demikian diharapkan dengan adanya penghematan dari sisi ini akan mengurangi beban puncak PLN yaitu pada pukul 17.00-22.00 WIB, yang mana dalam kondisi ini pembangkit listrik boros BBM yang notabene paling mahal biaya produksinya akan dapat dikurangi. Sehingga ketergantungan terhadap pembangkit listrik boros BBM akan dapat dikurangi sekaligus beban pemerintah untuk menanggung subsidi akan berkurang dan akan lebih bermanfaat jika diberikan kepada rakyat pra-sejahtera.
Posted by
d'ParNozt
0 comments:
Post a Comment